Eskalasi Konflik Gaza di Bulan Ramadhan: Israel Lancarkan Serangan Tanpa Henti, Video Bocor Ungkap Strategi Netanyahu Sejak 2001


Gaza/Yerusalem – Timur Tengah kembali dilanda eskalasi konflik yang memprihatinkan, dengan Israel melancarkan serangan tanpa henti ke Gaza khusunya pada bulan Ramadhan 2025. 

Situasi ini mirip dengan terungkapnya video bocor dari tahun 2001 yang menunjukkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membual tentang strategi manipulatifnya dalam menangani Palestina.

Dalam video tersebut, Netanyahu, yang saat itu belum menjabat sebagai perdana menteri, dengan gamblang menjelaskan bagaimana ia akan menangani Palestina dengan kekerasan, yakin bahwa Amerika Serikat dapat dimanipulasi untuk mendukung Israel. 

Ia juga membahas kesepakatan sebelumnya di mana ia menegosiasikan penarikan dengan mendefinisikan ulang istilah-istilah kunci untuk menguntungkan Israel, menunjukkan pola perilaku yang konsisten dalam pendekatannya terhadap konflik ini.

Pernyataan Netanyahu dalam video tersebut sangat kontras dengan pernyataan publiknya yang seringkali menekankan perlunya perdamaian dan keamanan bagi semua pihak. Apalagi beberapa negara Arab sudah diikat dengan Abraham Accord.

Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang ketulusan Israel dalam mencari solusi damai, dan memperkuat dugaan bahwa tujuan utama mereka adalah untuk menghancurkan Gaza dan meng-genosida warganya dengan preteks menghancurkan Hamas dan mempertahankan kendali atas wilayah Palestina.

Meski sudah mulai ketahuan motif buruknya, Duta Besar Israel untuk PBB secara tegas menyatakan bahwa serangan ke Gaza tidak akan dihentikan. Pernyataan ini juga sealiran dengan tindakan provokatif utusan Israel Gilad Erdan di PBB yang merobek piagam PBB, menunjukkan penghinaan terhadap hukum internasional, padahal Israel sendiri lahir dari keputusan PBB.

Sementara itu, Ketua Komite Keamanan Nasional Knesset Israel, Boaz Bismuth, mengisyaratkan ambisi ekspansionis Israel dengan menyatakan, "Suriah adalah jembatan kita menuju Efrat, dan di masa depan kita akan mencapai Irak dan Kurdistan." Pernyataan ini merupakan bagian dari penghinaan kepada Suriah dan negara-negara Arab sekitarnya karena memaksa agar Arab harus tunduk kepada apapun kebijakan Israel.

Serangan ke Gaza di Bulan Ramadhan untik Konsumsi Politik Lokal Netanyahu

Di dalam negeri Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghadapi tekanan politik yang kuat. Kritikusnya menuduh bahwa ia memanfaatkan konflik ini untuk mempertahankan kekuasaannya dan mengalihkan perhatian dari kasus korupsi yang menjeratnya. Dukungan dari sekutu sayap kanan, yang menentang gencatan senjata permanen di Gaza, menjadi sangat penting bagi kelangsungan politik Netanyahu.

Beberapa media juga menjelaskan bahwa salah satu alasan serangan israel adalah dukungan penuh dari pemerintahan Trump. Hal ini menunjukan bahwa dukungan internasional, terutama dari Amerika Serikat, menjadi faktor penting bagi Israel dalam melancarkan serangan.

Selain itu, Netanyahu juga sedang diadili atas tuduhan korupsi, dan pengadilan telah menyetujui permintaannya untuk tidak hadir dalam sidang karena "pembaruan perang." Ia juga berusaha memecat kepala dinas keamanan internal Israel, yang dianggap sebagai upaya untuk mengabaikan kontrol demokratis.
Tindakan-tindakan ini semakin memperkuat dugaan bahwa Netanyahu memanfaatkan konflik Gaza untuk kepentingan politik pribadinya.

Muncul pula analisis yang menyebutkan bahwa Israel sebenarnya tidak serius dalam upaya pemulangan sandera dari Gaza. Para pengamat menduga bahwa sandera, termasuk warga negara asing, hanya dijadikan alasan untuk membenarkan serangan besar-besaran yang bertujuan menghancurkan Gaza dan membunuh puluhan ribu warga sipil tak berdosa.

Serangan Israel yang terus berlanjut telah menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur Gaza dan menimbulkan korban jiwa yang sangat besar. Rumah sakit, sekolah, dan tempat tinggal hancur, sementara ribuan warga sipil kehilangan nyawa mereka.

Komunitas internasional mengecam keras tindakan Israel dan menyerukan penghentian segera serangan tersebut.

Namun, seruan ini tampaknya diabaikan oleh Israel, yang terus melancarkan serangan tanpa henti.

Situasi di Gaza semakin memburuk dari hari ke hari. Warga sipil hidup dalam ketakutan dan penderitaan, tanpa akses ke makanan, air bersih, dan layanan kesehatan. Bantuan kemanusiaan yang masuk pun sangat terbatas, memperparah krisis yang ada.

Di tengah situasi yang memprihatinkan ini, muncul pertanyaan tentang masa depan Gaza dan prospek perdamaian antara Israel dan Palestina. Apakah serangan Israel ini akan berhasil mencapai tujuannya, atau justru akan memicu konflik yang lebih luas dan berkepanjangan?

Banyak pihak percaya bahwa solusi militer bukanlah jawaban untuk konflik ini. Hanya dialog dan negosiasi yang dapat membawa perdamaian yang adil dan berkelanjutan bagi kedua belah pihak. Namun, dengan eskalasi konflik yang terus berlanjut, prospek perdamaian tampaknya semakin jauh.

Video bocor Netanyahu dari tahun 2001 memberikan wawasan yang mengkhawatirkan tentang pola pikir dan strategi jangka panjangnya dalam menangani konflik dengan Palestina. Hal ini semakin memperkuat kekhawatiran bahwa Israel tidak serius dalam mencari solusi damai, dan bahwa serangan mereka ke Gaza didorong oleh agenda politik dan keamanan yang lebih luas.

Komunitas internasional harus mengambil tindakan tegas untuk menghentikan kekerasan dan mendorong semua pihak untuk kembali ke meja perundingan. Tanpa upaya yang kuat dan terkoordinasi, konflik ini akan terus berlanjut, menyebabkan lebih banyak penderitaan dan kehilangan nyawa.

Serangan Israel ke Gaza telah menimbulkan krisis kemanusiaan yang parah. Dunia harus bertindak sekarang untuk menghentikan kekerasan dan memberikan bantuan kepada warga sipil yang membutuhkan.

Masa depan Gaza dan rakyatnya tergantung pada tindakan kita hari ini. Kita tidak boleh tinggal diam sementara nyawa tak berdosa terus melayang.

Share on Google Plus

About peace

Dairi Keren kumpulan berira mengenai Dairi dan Pakpak

0 komentar:

Posting Komentar