DAIRI KEREN -- Salah satu perusahaan plat merah asal Tiongkok, China Nonferrous Metal Industry’s Foreign Engineering & Constructions (NFC) telah sepakat mengakuisisi 51 persen saham PT Dairi Prima Mineral. Hal ini disampaikan Herwin H. Hidayat, Direktur Investor Relation PT Bumi Resources Minerals,Tbk (BRMS) yang menguasai 100 persen saham PT Dairi Prima Mineral (DMP).
Herwin menjelaskan, jajaran direksi NCF yang bertemu di Beijing, telah sepakat untuk membeli saham di perusahaan tambang seng dan timah hitam. Dengan demikian, jika proses akuisisi selesai NFC akan menjadi pemegang saham mayoritas.
Hal ini sesungguhnya menjadi kelanjutan dari kesepakatan tahun lalu. Sebagaimana diketahui pada Juni 2017 silam, kedua perusahaan telah menandatangani Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) untuk pembelian saham sebesar 51 persen dengan nilai USD198,9 juta. (baca)
Terkait dengan hal ini, CEO dan Direktur Utama BRMS Andrw Neale mengatakan, pihaknya menyambut baik keputusan Dewan Direksi NFC. Ini menurutnya, hasil positif dari banyak upaya yang dilakukan oleh kedua belah, pihak baik BRMS maupun NFC juga Pemerintah Tiongkok dan Pemerintah Indonesia.
“Perjanjian ini menandai pertama kalinya Badan Usaha Milik Negara dari Tiongkok berinvestasi di sektor pertambangan di Indonesia. Hal ini membuktikan kekayaan mineral di Indonesia yang luar biasa dan membuka kesempatan bagi investor dari luar negeri, untuk berinvestasi di sektor sumber daya alam di Indonesia,” kata Andrew.
Ia pun berharap dapat bekerja sama dengan seluruh pihak dari NFC untuk menyelesaikan semua perjanjian. “Dan dapat segera memulai konstruksi tambang timah dan seng di dekat daerah Sidikalang, Sumatera Utara,” tandas Andrew
Saat ini BRMS menguasai 100 persen saham di PT Dairi Prima Mineral, setelah sebelumnya mengakuisisi 20 persen saham yang dimiliki PT ANTAM, Tbk.
Untuk diketahui, PT Dairi Prima Mineral merupakan perusahaan tambang seng dan timah hitam. Di lokasi tambang yang dikenal sebagai Anjing Hitam (Black Dog), disebut-sebut memiliki deposit timah hitam utama dengan kandungan mencapai 1,2 juta ton seng, 0,7 juta ton timah dan lebih dari 3 juta ons perak.
Oleh karena sebagian wilayah ada di Kawasan Hutan Lindung, maka kegiatan produksi dilakukan dengan menggunakan penambangan bawah tanah. Kemudian akan di bangun pabrik pengolahan konvensional. Pabrik ini terdiri dari penggilingan dan flotasi buih diferensial untuk menghasilkan konsentrat timbal dan seng. Pada akhir tahun 2017, perusahaan telah mengantongi izin operasi produksi selama 30 tahun dari Pemerintah Republik Indonesia. (sumber)
Herwin menjelaskan, jajaran direksi NCF yang bertemu di Beijing, telah sepakat untuk membeli saham di perusahaan tambang seng dan timah hitam. Dengan demikian, jika proses akuisisi selesai NFC akan menjadi pemegang saham mayoritas.
Hal ini sesungguhnya menjadi kelanjutan dari kesepakatan tahun lalu. Sebagaimana diketahui pada Juni 2017 silam, kedua perusahaan telah menandatangani Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) untuk pembelian saham sebesar 51 persen dengan nilai USD198,9 juta. (baca)
Terkait dengan hal ini, CEO dan Direktur Utama BRMS Andrw Neale mengatakan, pihaknya menyambut baik keputusan Dewan Direksi NFC. Ini menurutnya, hasil positif dari banyak upaya yang dilakukan oleh kedua belah, pihak baik BRMS maupun NFC juga Pemerintah Tiongkok dan Pemerintah Indonesia.
“Perjanjian ini menandai pertama kalinya Badan Usaha Milik Negara dari Tiongkok berinvestasi di sektor pertambangan di Indonesia. Hal ini membuktikan kekayaan mineral di Indonesia yang luar biasa dan membuka kesempatan bagi investor dari luar negeri, untuk berinvestasi di sektor sumber daya alam di Indonesia,” kata Andrew.
Ia pun berharap dapat bekerja sama dengan seluruh pihak dari NFC untuk menyelesaikan semua perjanjian. “Dan dapat segera memulai konstruksi tambang timah dan seng di dekat daerah Sidikalang, Sumatera Utara,” tandas Andrew
Saat ini BRMS menguasai 100 persen saham di PT Dairi Prima Mineral, setelah sebelumnya mengakuisisi 20 persen saham yang dimiliki PT ANTAM, Tbk.
Untuk diketahui, PT Dairi Prima Mineral merupakan perusahaan tambang seng dan timah hitam. Di lokasi tambang yang dikenal sebagai Anjing Hitam (Black Dog), disebut-sebut memiliki deposit timah hitam utama dengan kandungan mencapai 1,2 juta ton seng, 0,7 juta ton timah dan lebih dari 3 juta ons perak.
Oleh karena sebagian wilayah ada di Kawasan Hutan Lindung, maka kegiatan produksi dilakukan dengan menggunakan penambangan bawah tanah. Kemudian akan di bangun pabrik pengolahan konvensional. Pabrik ini terdiri dari penggilingan dan flotasi buih diferensial untuk menghasilkan konsentrat timbal dan seng. Pada akhir tahun 2017, perusahaan telah mengantongi izin operasi produksi selama 30 tahun dari Pemerintah Republik Indonesia. (sumber)
0 komentar:
Posting Komentar