Tidak mau kalah dengan Kabupaten lain, Dairi yang terkenal sebagai penghasil kopi "Sidikalang" juga sedang masa panen padi, kali ini panen dari Kelompok Tani Sada Taki, Desa Kuta Gugung, Kecamatan Sumbul dan Kelompok Tani Cinta Karya, Desa Berampu, Kecamatan Berampu.
Varietas yang dikembangkan adalah Ciherang merupakan benih perbantuan Dinas Pertanian pada Tahun 2017. Sangat disayangkan pemakaian dari varietas ini karena sudah sangat rentan dengan serangan hama dan penyakit terutama pada saat curah hujan tinggi seperti yang dialami petani pada musim ini.
Hal ini terbukti dari provitas yang hanya 4,5 - 5 ton/ha. Kondisi di lapangan tanaman banyak terserang Bakteri Hawar Daun atau yang sering disebut petani dengan Kresek.
Kepala BPTP Balitbangtan Sumut diwakilkan oleh Koordinator UPSUS PAJALE memberikan saran kepada petani agar tidak menggunakan varietas jabal dan seharusnya ada pergiliran varietas baru yang adaptif untuk dataran tinggi seperti Inpari 26, Inpari 27 dan Inpari 28.
Hasil diskusi dengan ketua kelompok tani dan beberapa petani di kedua desa yang dikunjungi bahwa mereka sangat berminat untuk mengembangkan varietas baru dan memohon untuk dibimbing untuk menjadi penangkar benih.
Kepala BPTP Balitbangtan Sumut melalui LO perwakilan Dairi dalam waktu dekat akan memberikan bimbingan dan fasilitasi benih sumber sebagai inisiasi pengembangan penangkar benih di dua desa ini sebagai percontohan.
Harga rata-rata gabah kering panen Rp. 4.500 - Rp. 5.000/kg, sedangkan harga beras Rp.11.000 - Rp 12.000,-/kg. Meskipun harga tergolong tinggi namun petani tidak ada keluhan dan mengharapkan agar pemerintah tidak melakukan impor.
Luas panen sepanjang bulan Januari di Desa Berampu mencapai seluas 1.000 ha dari Luas Baku Sawah yang dimiliki yaitu 1.700 ha, sedangkan Desa Kuta Gugung memiliki luas panen sebesar 310 ha. Rencananya Bulan Februari kedua kelompok tani ini akan akan tanam lagi sehingga mereka sangat mengharapkan bisa difasilitasi untuk mendapatkan benih bermutu. (sumber)
Varietas yang dikembangkan adalah Ciherang merupakan benih perbantuan Dinas Pertanian pada Tahun 2017. Sangat disayangkan pemakaian dari varietas ini karena sudah sangat rentan dengan serangan hama dan penyakit terutama pada saat curah hujan tinggi seperti yang dialami petani pada musim ini.
Hal ini terbukti dari provitas yang hanya 4,5 - 5 ton/ha. Kondisi di lapangan tanaman banyak terserang Bakteri Hawar Daun atau yang sering disebut petani dengan Kresek.
Kepala BPTP Balitbangtan Sumut diwakilkan oleh Koordinator UPSUS PAJALE memberikan saran kepada petani agar tidak menggunakan varietas jabal dan seharusnya ada pergiliran varietas baru yang adaptif untuk dataran tinggi seperti Inpari 26, Inpari 27 dan Inpari 28.
Hasil diskusi dengan ketua kelompok tani dan beberapa petani di kedua desa yang dikunjungi bahwa mereka sangat berminat untuk mengembangkan varietas baru dan memohon untuk dibimbing untuk menjadi penangkar benih.
Kepala BPTP Balitbangtan Sumut melalui LO perwakilan Dairi dalam waktu dekat akan memberikan bimbingan dan fasilitasi benih sumber sebagai inisiasi pengembangan penangkar benih di dua desa ini sebagai percontohan.
Harga rata-rata gabah kering panen Rp. 4.500 - Rp. 5.000/kg, sedangkan harga beras Rp.11.000 - Rp 12.000,-/kg. Meskipun harga tergolong tinggi namun petani tidak ada keluhan dan mengharapkan agar pemerintah tidak melakukan impor.
Luas panen sepanjang bulan Januari di Desa Berampu mencapai seluas 1.000 ha dari Luas Baku Sawah yang dimiliki yaitu 1.700 ha, sedangkan Desa Kuta Gugung memiliki luas panen sebesar 310 ha. Rencananya Bulan Februari kedua kelompok tani ini akan akan tanam lagi sehingga mereka sangat mengharapkan bisa difasilitasi untuk mendapatkan benih bermutu. (sumber)
0 komentar:
Posting Komentar